Beberapa hari lalu saya pergi keluar rumah, ke Starbucks daerah Riau, Bandung, janjian ketemu dengan salah satu teman untuk ngobrolin beberapa hal.
Saya ke sana siang hari. Singkat cerita kami ketemu dan ngobrol banyak hal. Tapi bukan obrolan ini yang ingin saya ceritakan di tulisan ini. Saya mau cerita hal lain.
Teman saya pulang duluan, saya masih lanjut di tempat yang sama, karena mau beresin beberapa kerjaan dulu. Sambil buka laptop, saya mengamati sekeliling.
Ada 2 orang di depan saya, lagi ngobrolin rencana mereka rilis sebuah brand baru. Entah, mungkin mereka berpartner. Tapi yang jelas, mereka adalah pekerja kreatif.
Dua orang di samping saya lagi buka Excel sambil ngomongin timeline media sosial untuk pemasaran produk. Sepertinya Digital Consultant. Dan pekerja kreatif.
Agak jauh di kanan depan saya, ada 4 orang yang “sedikit” berisik karena lagi asyik ngobrolin ide-ide liar mereka untuk bikin sebuah event seperti talkshow gitu. Ngga begitu jelas apa tema yang akan diangkat, tapi yang pasti mereka adalah inisiatornya.
Dan mereka juga pekerja kreatif.
Jadi apa hal yang mau saya sampaikan dari 3 keadaan diatas ?
Kondisi seperti yang saya gambarkan diatas, sudah lazim terlihat di banyak tempat. Sekitar 5-10 tahun lalu, mungkin aneh kalau melihat ada orang yang kerja diluar kantor. Kalau ada yang buka laptop di cafe, ya kita berpikir mungkin aja itu si Manager cafe yang lagi kerja.
Tapi sekarang, semuanya berbeda. Orang bebas bekerja dimanapun. Aktivitas kerja dan ngerjain tugas udah mendobrak kelaziman yang biasanya dikerjain di kantor dan rumah.
Banyak juga anak SMA atau mahasiswa yang nugas di cafe kok.
Di lain sisi, kebebasan itu ternyata menciptakan jenis-jenis pekerjaan yang baru dan unik. Makanya saya sempat mengulang kalimat “pekerja kreatif” sebanyak 3 kali.
Kebebasan akses informasi membuat orang jadi berpikir liar dan kreatif sehingga tercipta cara-cara baru dalam berkarya, bekerja, dan menghasilkan uang yang.
Contohnya, dua anak ngobrolin strategi pemasaran bisnis di media sosial. Coba bayangkan, pernah ngga terpikir dulu Anda menggunakan strategi saat bermain Friendster ?
Mungkin sebagian kecil sudah berpikir ke arah sana. Tapi tentu masih sedikit.
Kebebasan akses informasi juga memungkinkan orang terkoneksi dengan orang lain dalam melakukan pekerjaan kreatif mereka. Bahkan kepada orang yang baru kenal.
Bisa aja dua orang di depan saya yang lagi ngobrolin rencana rilis sebuah brand baru, bahwa mereka adalah dua orang yang belum lama kenal, baru ketemu 1-2 kali di sebuah event, ngobrol, nyambung, terus lanjut bikin bisnis deh.
Mungkin aja kan ? Hal seperti ini belum banyak terjadi dulu.
Saya juga sering ngelihat orang-orang berpenghasilan dollar dan hidupnya jauh diatas rata-rata pegawai kantoran, tapi tiap hari kerjaannya buka laptop di cafe. Gila ngga ?
Dulu, saya merasakan kerja di pabrik, mengoperasikan mesin CNC yang ngga ada capeknya. Yaiyalah, namanya juga mesin. Saya juga pernah kerja kantoran yang berangkat dan pulangnya aja butuh waktu masing-masing 3 jam naik motor, saking macetnya.
Nyampe kantor udah tinggal pegelnya aja.
Tapi sekarang, Alhamdulillah, hampir 95% kerjaan saya ada di dalam laptop, dan memungkinkan saya untuk kerja dimanapun tempatnya.
Butuh meeting ? Tinggal teleconference pakai Skype atau Zoom.
Ngga. Saya ngga bilang kerjaan saya di pabrik atau kantoran itu buruk. Saya cuma mau kasih tau, itu pekerjaan konvensional yang dulu saya lakukan.
Saat ini, saya memanfaatkan keterbukaan informasi.
Saya berharap sih, kalau Anda masih muda, cobalah untuk lebih dalam lagi menjelajahi dunia kreatif yang gila ini. Ide liar Anda akan menjadi sesuatu yang besar dibantu dengan teknologi.
Anda akan menyadari, pola kerja di industri kreatif sangat dinamis. Dulu Anda kesulitan berkarya karena aturan perusahaan, kini Anda dituntut berkarya segila mungkin.
Saya bisa, dan saya yakin Anda juga bisa. Asal mau belajar, karena saya juga masih.